SENIN,
23 Januari 2006 ada pemandangan tidak biasa di Malaysia. Dewan Fatwa
Nasional negara Malaysia, mengeluarkan fatwa berisi pelarangan bagi umat
Islam di negara jiran itu untuk ikut ambil bagian dalam jenis musik heavy metal terutama yang beraliran black metal.
Pelarangan ini pasti bukan tanpa sebab. Para ulama Malaysia memang
terkenal tegas pada akidah. Benar saja, Dewan Fatwa menganggap Black Metal
telah memasukkan unsur-unsur ‘pemujaan setan’ dan sumpah serapah
terhadap Tuhan. Selain itu, grup musik yang beraliran metal ini
cenderung melakukan pelanggaran yang diatur norma agama seperti minum
minuman beralkohol dan seks bebas.
Black metal sendiri muncul pada awal tahun 1980an,
mendahului munculnya aliran-aliran musik metal ekstrim yang makin
beragam dan ikut melibatkan unsur permainan ‘Ilmu Hitam’. Akar musik black metal
ini diciptakan oleh seorang gitaris asal Norwegia Øystein Aarseth
(1968–1993). Ia menyebarkan kampanye anti Kristen, menghina Tuhan dan
mengagungkan setan lewat lagu-lagunya. Musik ini kemudian mulai mendapat
perhatian di Malaysia pada 2001 setelah sejumlah media massa mengekspos
berita seorang anak muda penggemar musik black mulai melakukan ritual
minum darah.
Darah sendiri memang memiliki tempat tersendiri dalam jamuan
paganisme maupun berbagai aliran musik yang menyertakan peran Yahudi
dibaliknya. Januari 2012, misalnya, Dailymail sempat melansir
pengakuan salah satu pekerja Hotel Intercontinental, London yang melihat
Ratu Illuminati yang juga pennayi kontroversial Lady Gaga meninggalkan
cairan mirip darah dalam jumlah besar di bak mandi hotel. Sumber lainnya
juga mengungkapkan bahwa semua staf hotel sangat yakin Gaga telah mandi
di sana, atau setidaknya menggunakan cairan itu untuk mendandani
kostumnya yang selalu super aneh di atas panggung.
Tidak hanya itu, jika anda pernah melihat rekaman konser Lady Gaga di
New York (durasi dua jam) kita dapat menyimpulkan betapa pintarnya Gaga
menyelipkan berbagai macam penerjemahan Teologi Yahudi baik dalam
simbol, lirik, maupun tarian. Setelah konser berlangsung selama 1 jam,
Gaga pun tampil dengan kostum minimalis dengan simbahan darah merah di
tubuhnya.

Pertanyaannya adalah kenapa darah menjadi sedemikian penting dalam Yahudi? Arnold Lesse pengarang Jewish Ritual Murder
memiliki jawabannya. Menurutnya, meskipun kebencian terhadap Goyyim
menjadi motif utama Yahudi melaksanakan ritual darahnya, namun tradisi
yang mengasosiasikan darah sebagai ide penebusan dosa juga tidak bisa
dipinggirkan. Lesse menjelaskan bahwa berkembang pemikiran di beberapa
orang Yahudi bahwa mereka tidak dapat diselamatkan atau kembali ke Bukit
Sion kecuali setiap tahun darah seorang Kristen harus ditumpaghan demi
konsumsi ritual.
Prof. Dr Ahmad Syarkawi, dalam bukunya Talmud: Kitab Hitam Yahudi Yang Menggemparkan menjelaskan
fakta Arnold Lesse sebelumnya bahwa ide penebussan dosa (atonement)
menjadi pemicu dibalik serangkaian aksi penghabisan nyawa non Yahudi.
Dalam bab yang berjudul Tidak Boleh Hari Raya Berlalu Begitu Saja Tanpa Memukul Leher Seorang Nasrani dijelaskan bahwa Rabbi Eliezar berkata. “Boleh
memotong kepala orang bodoh (seorang penduduk dunia fana] pada hari
raya Atonement jika hari itu bertepatan dengan hari Sabtu. Lalu
muridmuridnya berkata, “Wahai Rabbi, apakah itu sama dengan kurban?” la
menjawab, “Benar sekali, karena suatu keharusan untuk melakukan
sembahyang pada saat melakukan acara ritual kurban, dan tidak perlu lagi
shalat ketika sudah dipukul leher seorang tertentu.”
Pada dasarnya asosiasi penebusan dosa dengan darah ini juga menyebar di ajran Mormon. Michael Newton dalam Journal of Psychohistory 24 (2) Fall 1996,
menjelaskan bahwa Hal yang paling dekat ke upacara pengorbanan manusia
di antara para pemukim kulit putih dari Amerika Utara, setidaknya sampai
abad ini, ditemukan dalam doktrin “penebusan darah” pemeluk Mormon,
yang berasal dari tahun 1850-an. Joseph Smith salah satu perintis ajaran
Mormon mengatakan ada dosa dari pria yang mereka tidak dapat menerima
pengampunan di dunia ini atau di dunia yang akan datang, “dan jika
mereka memiliki mata, mereka akan terbuka untuk melihat kondisi mereka
yang sebenarnya, mereka akan sangat bersedia untuk menumpahkan darah
yang asapnya mungkin naik ke surga sebagai penghapusan dosa mereka,”
katanya.
Hingga kini, ritual pembunuhan Yahudi masih menjadi misteri. Beberapa
kelompok Yahudi menolak klaim ini. Stephen Prothero, profesor bidang
agama dari Boston University, memicu titik balik dalam sejarah Yahudi
pada tahun 1840, setelah orang-orang Yahudi di Damaskus dituduh
melakukan ritual membunuh seorang biarawan Katolik. “Untuk pertama
kalinya, pemimpin Yahudi dari seluruh Eropa dan Amerika Serikat
terorganisir dalam kegiatan anti-Yahudi,” kata Prothero, mengutip buku Jewish Literacy karya Joseph Telushkin.

Mary
C Boys, profesor pada Union Theological Seminary yang telah mempelajari
sejarah terkait ritual darah ini juga menolak klaim ini. Ia menyatakan
‘mitos’ ini berkaitan dengan sikap menyalahkan orang Yahudi atas
kematian Yesus dan pencemaran orang Yahudi. “Banyak hal seperti ini
adalah karena ketidaktahuan, tetapi anggapan ini terus hidup hingga saat
ini,” katanya. Fitnah darah juga dikaitkan dengan tuduhan bahwa orang
Yahudi menggunakan darah orang non-Yahudi untuk membuat matzoh,
atau roti tidak beragi, dan anggur. Ia mengatakan bahwa mitos fitnah
darah mulai berhembus dari abad pertengahan Eropa,” lanjutnya.
Namun ditengah sanggahan yang dikeluarkan kelompok Yahudi, sebagian
rabbi lainnya turut mengamini ritual pembunuhan Yahudi. Mereka
menyatakan persembahan orang Non Yahudi diakui secara sah di dalam
Talmud. Karenanya tidak heran Rabi Yahudi Yitzhak Shapiro termasuk rabbi
yang meyetujui menyatakan pembunuhan terhadap anak-anak Palestina,
bahkan bayi sekalipun. “Tidak ada sesuatu yang salah terhadap pembunuhan
itu,” tegasnya dalam bukunya The King’s of Torah.
Talmud sebagai kitab utama para rabbi Yahudi saat ini menguraikan
sejumlah ayat-ayat ritual sebagai landasan teologis pembunuhan para
goyyim. Kitab Israel (177.b), misalnya, menganjurkan bahwa
pembunuh orang non Yahudi akan mendapatkan pahala di sisi Tuhan,
“Burulah kehidupan Kliphoth, lalu bunuhlah ia, maka Allah akan ridha
padamu, sebagaimana orang yang mempersembahkan kemenyan harum padanya.”
Sedangkan Kitab Yalkut Simoni berkata bahwa semua orang yang
menumpahkan darah orang yang tidak bertakwa (non-Yahudi), amalnya makbul
di sisi Allah sebagaimana orang yang mempersembahkan kurban kepada
Allah.
Zohar (II/43.a) sebagai kitab rujukan Yahudi juga turut memberikan payung dengan mendompleng nama Nabi Musa. Dalam Zohar (II/43.a)
Musa memerintahkan untuk mengganti satu ekor keledai yang lahir pertama
kali sebagai ganti dari kurban penyembelihan bayi manusia: Yang
dimaksud dengan keledai di sini adalah semua orang yang bukan Yahudi
yang berkurban dengan menyembelih bayi,sedang ia adalah dongeng Israel
yang kacau. Akan tetapi, bila non-Yahudi menolak untuk berkurban pada
waktu itu, maka tulang belakangnya dipecahkan. Mereka harus dihapuskan
dan daftar orang hidup. karena sudah dikatakan tentang mereka.
“Barangsiapa yang berdosa dengan melawan aku. maka aku akan
menghapuskannya dari daftar orang hidup.”
Dan orang-orang Yahudi yang telah membunuh golongan diluarkan akan menempati surga tertinggi. Dalam Zohar (I/38.b
dan 39.a) disebutkan: Pada istana-istana surga yang empat akan hidup
mereka yang bersedih hati di atas Sion dan Yerussalem, dan semua orang
yang memusnahkan bangsa-bangsa penyambah berhala …dan mereka yang
membunuh bangsa penyembah berhala akan memakai pakaian-pakaian
kekaisaran agar mereka menjadi istimewa dan bangga.
Masih banyak berbagai data dan fakta mengenai ritual ini. Dan umat
Islam, masyarakat luas, dan siapapun itu yang peduli atas nyawa manusia
tak berdosa, harus terus waspada mengingat hingga kini ritual pembunuhan
Yahudi masih terus berlangsung. Allahua’lam [Muhammad Pizaro Novelan
Tauhidi/islampos]
HABIS
0 komentar:
Posting Komentar