/*releated post
/*end related

Sabtu, 25 Agustus 2012

Beginilah Kaum Yahudi Melaksanakan Ritual Pembunuhannya (7-Habis)



SENIN, 23 Januari 2006 ada pemandangan tidak biasa di Malaysia. Dewan Fatwa Nasional negara Malaysia, mengeluarkan fatwa berisi pelarangan bagi umat Islam di negara jiran itu untuk ikut ambil bagian dalam jenis musik heavy metal terutama yang beraliran black metal. Pelarangan ini pasti bukan tanpa sebab. Para ulama Malaysia memang terkenal tegas pada akidah. Benar saja, Dewan Fatwa menganggap Black Metal telah memasukkan unsur-unsur ‘pemujaan setan’ dan sumpah serapah terhadap Tuhan. Selain itu, grup musik yang beraliran metal ini cenderung melakukan pelanggaran yang diatur norma agama seperti minum minuman beralkohol dan seks bebas.

Black metal sendiri muncul pada awal tahun 1980an, mendahului munculnya aliran-aliran musik metal ekstrim yang makin beragam dan ikut melibatkan unsur permainan ‘Ilmu Hitam’. Akar musik black metal ini diciptakan oleh seorang gitaris asal Norwegia Øystein Aarseth (1968–1993). Ia menyebarkan kampanye anti Kristen, menghina Tuhan dan mengagungkan setan lewat lagu-lagunya. Musik ini kemudian mulai mendapat perhatian di Malaysia pada 2001 setelah sejumlah media massa mengekspos berita seorang anak muda penggemar musik black mulai melakukan ritual minum darah.
Darah sendiri memang memiliki tempat tersendiri dalam jamuan paganisme maupun berbagai aliran musik yang menyertakan peran Yahudi dibaliknya. Januari 2012, misalnya, Dailymail sempat melansir pengakuan salah satu pekerja Hotel Intercontinental, London yang melihat Ratu Illuminati yang juga pennayi kontroversial Lady Gaga meninggalkan cairan mirip darah dalam jumlah besar di bak mandi hotel. Sumber lainnya juga mengungkapkan bahwa semua staf hotel sangat yakin Gaga telah mandi di sana, atau setidaknya menggunakan cairan itu untuk mendandani kostumnya yang selalu super aneh di atas panggung.
Tidak hanya itu, jika anda pernah melihat rekaman konser Lady Gaga di New York (durasi dua jam) kita dapat menyimpulkan betapa pintarnya Gaga menyelipkan berbagai macam penerjemahan Teologi Yahudi baik dalam simbol, lirik, maupun tarian. Setelah konser berlangsung selama 1 jam, Gaga pun tampil dengan kostum minimalis dengan simbahan darah merah di tubuhnya.

Pertanyaannya adalah kenapa darah menjadi sedemikian penting dalam Yahudi? Arnold Lesse pengarang Jewish Ritual Murder memiliki jawabannya. Menurutnya, meskipun kebencian terhadap Goyyim menjadi motif utama Yahudi melaksanakan ritual darahnya, namun tradisi yang mengasosiasikan darah sebagai ide penebusan dosa juga tidak bisa dipinggirkan. Lesse menjelaskan bahwa berkembang pemikiran di beberapa orang Yahudi bahwa mereka tidak dapat diselamatkan atau kembali ke Bukit Sion kecuali setiap tahun darah seorang Kristen harus ditumpaghan demi konsumsi ritual.

Prof. Dr Ahmad Syarkawi, dalam bukunya Talmud: Kitab Hitam Yahudi Yang Menggemparkan menjelaskan fakta Arnold Lesse sebelumnya bahwa ide penebussan dosa (atonement) menjadi pemicu dibalik serangkaian aksi penghabisan nyawa non Yahudi. Dalam bab yang berjudul Tidak Boleh Hari Raya Berlalu Begitu Saja Tanpa Memukul Leher Seorang Nasrani dijelaskan bahwa  Rabbi Eliezar berkata. “Boleh memotong kepala orang bodoh (seorang penduduk dunia fana] pada hari raya Atonement jika hari itu bertepatan dengan hari Sabtu. Lalu muridmuridnya berkata, “Wahai Rabbi, apakah itu sama dengan kurban?” la menjawab, “Benar sekali, karena suatu keharusan untuk melakukan sembahyang pada saat melakukan acara ritual kurban, dan tidak perlu lagi shalat ketika sudah dipukul leher seorang tertentu.”
Pada dasarnya asosiasi penebusan dosa dengan darah ini juga menyebar di ajran Mormon. Michael Newton dalam Journal of Psychohistory 24 (2) Fall 1996, menjelaskan bahwa Hal yang paling dekat ke upacara pengorbanan manusia di antara para pemukim kulit putih dari Amerika Utara, setidaknya sampai abad ini, ditemukan dalam doktrin “penebusan darah” pemeluk Mormon, yang berasal dari tahun 1850-an. Joseph Smith salah satu perintis ajaran Mormon mengatakan ada dosa dari pria yang mereka tidak dapat menerima pengampunan di dunia ini atau di dunia yang akan datang, “dan jika mereka memiliki mata, mereka akan terbuka untuk melihat kondisi mereka yang sebenarnya, mereka akan sangat bersedia untuk menumpahkan darah yang asapnya mungkin naik ke surga sebagai penghapusan dosa mereka,” katanya.
Hingga kini, ritual pembunuhan Yahudi masih menjadi misteri. Beberapa kelompok Yahudi menolak klaim ini. Stephen Prothero, profesor bidang agama dari Boston University, memicu titik balik dalam sejarah Yahudi pada tahun 1840, setelah orang-orang Yahudi di Damaskus dituduh melakukan ritual membunuh seorang biarawan Katolik. “Untuk pertama kalinya, pemimpin Yahudi dari seluruh Eropa dan Amerika Serikat terorganisir dalam kegiatan anti-Yahudi,” kata Prothero, mengutip buku Jewish Literacy karya Joseph Telushkin.

Mary C Boys, profesor pada Union Theological Seminary yang telah mempelajari sejarah terkait ritual darah ini juga menolak klaim ini. Ia menyatakan ‘mitos’ ini berkaitan dengan sikap menyalahkan orang Yahudi atas kematian Yesus dan pencemaran orang Yahudi. “Banyak hal seperti ini adalah karena ketidaktahuan, tetapi anggapan ini terus hidup hingga saat ini,” katanya. Fitnah darah juga dikaitkan dengan tuduhan bahwa orang Yahudi menggunakan darah orang non-Yahudi untuk membuat matzoh, atau roti tidak beragi, dan anggur. Ia mengatakan bahwa mitos fitnah darah mulai berhembus dari abad pertengahan Eropa,” lanjutnya.

Namun ditengah sanggahan yang dikeluarkan kelompok Yahudi, sebagian rabbi lainnya turut mengamini ritual pembunuhan Yahudi. Mereka menyatakan persembahan orang Non Yahudi diakui secara sah di dalam Talmud. Karenanya tidak heran Rabi Yahudi Yitzhak Shapiro termasuk rabbi yang meyetujui menyatakan pembunuhan terhadap anak-anak Palestina, bahkan bayi sekalipun. “Tidak ada sesuatu yang salah terhadap pembunuhan itu,” tegasnya dalam bukunya The King’s of Torah.
Talmud sebagai kitab utama para rabbi Yahudi saat ini menguraikan sejumlah ayat-ayat ritual sebagai landasan teologis pembunuhan para goyyim. Kitab Israel (177.b), misalnya,  menganjurkan bahwa pembunuh orang non Yahudi akan mendapatkan pahala di sisi Tuhan, “Burulah kehidupan Kliphoth, lalu bunuhlah ia, maka Allah akan ridha padamu, sebagaimana orang yang mempersembahkan kemenyan harum padanya.” Sedangkan Kitab Yalkut Simoni berkata bahwa semua orang yang menumpahkan darah orang yang tidak bertakwa (non-Yahudi), amalnya makbul di sisi Allah sebagaimana orang yang mempersembahkan kurban kepada Allah.
Zohar (II/43.a) sebagai kitab rujukan Yahudi juga turut memberikan payung dengan mendompleng nama Nabi Musa. Dalam  Zohar (II/43.a) Musa memerintahkan untuk mengganti satu ekor keledai yang lahir pertama kali sebagai ganti dari kurban penyembelihan bayi manusia: Yang dimaksud dengan keledai di sini adalah semua orang yang bukan Yahudi yang berkurban dengan menyembelih bayi,sedang ia adalah dongeng Israel yang kacau. Akan tetapi, bila non-Yahudi menolak untuk berkurban pada waktu itu, maka tulang belakangnya dipecahkan. Mereka harus dihapuskan dan daftar orang hidup. karena sudah dikatakan tentang mereka. “Barangsiapa yang berdosa dengan melawan aku. maka aku akan menghapuskannya dari daftar orang hidup.”
Dan orang-orang Yahudi yang telah membunuh golongan diluarkan akan menempati surga tertinggi. Dalam Zohar (I/38.b dan 39.a) disebutkan: Pada istana-istana surga yang empat akan hidup mereka yang bersedih hati di atas Sion dan Yerussalem, dan semua orang yang memusnahkan bangsa-bangsa penyambah berhala …dan mereka yang membunuh bangsa penyembah berhala akan memakai pakaian-pakaian kekaisaran agar mereka menjadi istimewa dan bangga.
Masih banyak berbagai data dan fakta mengenai ritual ini. Dan umat Islam, masyarakat luas, dan siapapun itu yang peduli atas nyawa manusia tak berdosa, harus terus waspada mengingat hingga kini ritual pembunuhan Yahudi masih terus berlangsung. Allahua’lam [Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi/islampos]
HABIS


0 komentar:

Posting Komentar