/*releated post
/*end related

Minggu, 26 Agustus 2012

Hangusnya Asrama Guru Madobag


islampos.com—Minggu (20/5) sekitar pukul tujuh petang, asrama dinas guru SDN 07 Madobag dan SMPN 02 Siberut Selatan, Kec Siberut Selatan, Kab Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, terbakar. Akibatnya, asrama yang terdiri empat kamar dan dihuni beberapa guru serta murid mereka, hangus dilahap api. Sekolah pun diliburkan selama tiga hari.
Menurut laporan warga, api diduga berasal dari rumah kepala sekolah SMPN 02 yang membuka kedai. Kabarnya, salah seorang anggota keluarga penghuni rumah itu, sedang mencari sesuatu dengan menenteng penerangan lampu tempel berbahan bakar minyak. Tiba-tiba, api lampu menyambar bensin dalam beberapa jirigen yang sedianya dijual. Si jago merahpun mengamuk. Asrama guru di sebelah kiri dan rumah guru di sebelah kanannya, turut terbakar.
Musibah tidak menimbulkan korban manusia. Saat kebakaran melanda, sebagian besar guru sedang berlibur di Desa Muara Siberut. Mereka adalah Wiwi, Mai, Fery dan istrinya Winda, serta Andi. Tiga guru yang tinggal, yaitu Sidik, Doris, dan Pesta, menyelamatkan diri dengan membawa keluar barang-barang terpenting milik mereka. Namun, banyak barang lain milik para guru yang tak terselamatkan. Bahkan semua isi kamar Mai ludes tak tersisa.
Sampai berita ini diturunkan, kasus ini masih dalam penyelidikan aparat kepolisian dan kantor dinas pendidikan setempat.
Kedua sekolah tadinya memiliki gedung sendiri-sendiri. Namun sejak September 2009, siswa SMPN 02 Siberut Selatan (sebelumnya SMPN 3 Satu Atap Madobag) yang berada di Desa Madobag, masih menumpang di SDN 07 Desa Madobag. Sebab, tiga lokal SMPN 02 belum juga diperbaiki setelah rusak akibat gempa tektonik akhir September 2009.
Rumah dinas para guru kedua sekolah yang terbakar itu, sebenarnya sudah tidak layak huni. Bangunan dari kayu yang dihuni ramai-ramai tersebut sudah reot. Lantainya tanah, dan di dalamnya tidak dilengkapi dengan kakus. Sudah begitu, air bersih pun susah didapatkan. Listrik juga belum tersedia.
Padahal, guru-guru itu sebagian besar perempuan dan beragama Islam, yang tentu membutuhkan sarana privasi terutama kamar mandi dan kakus beserta airnya.
‘’Kami prihatin dengan musibah ini, karena para guru selama ini sangat membantu dalam syiar agama Islam di sini,’’ ucap Da’i Dewan Da’wah di Madobag, Ustadz Mahmud bin Ismail.
Da’i asal Kalimantan yang sudah bertugas selama satu tahun itu menambahkan, para guru setiap pekan menyisihkan sebagian gajinya untuk infak dakwah. Di antaranya untuk membeli solar guna menghidupkan genset masjid. Mereka juga selalu memakmurkan acara-acara masjid. Sebagian dari mereka turut membantu mengajar ngaji anak-anak dan jamaah ibu.
Untuk sementara, para guru ditampung di asrama pelajar persis di sebelah puing bekas asrama guru. Kondisinya tak lebih baik dari asrama guru. Apa boleh buat.
Sedangkan Wiwi dan Mai,  ditampung sementara di Pondok Da’i yang ditempati Ustadz Mahmud dan istrinya, Liza Zahara. Liza Guru Bahasa Inggris SMPN 02 Siberut Selatan.
Pondok da’i berukuran 8 x 6 meter persegi yang terletak di sebelah Masjid Al Ikhwah, Madobag, itu merupakan hasil kerjasama LAZIS Dewan Da’wah dengan Global Peace Mission Malaysia dan Yayasan Semesta Masjid Tun Abdul Aziz Petaling Jaya, Selangor, Malaysia.
Mahmud berharap,  kaum muslimin mengulurkan bantuannya. ‘’Dalam jangka pendek, kami memerlukan dukungan logistik berupa sembako dan bensin serta solar untuk menghidupkan genset. Ini demi kelangsungan kerja dakwah dan pendidikan para guru,’’ kata Sarjana Komuniaksi Islam alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah M Natsir, Jakarta, itu.
Dalam jangka menengah, Mahmud berharap para dermawan mengulurkan bantuan untuk pengadaan sumur air bersih dan listrik sederhana bertenaga aki.
Untuk mendukung program dakwah dan pendidikan di Madobag, Mentawai, silakan mampir ke Gedung Menara Da’wah Jl Kramat Raya 45 Jakarta, Telp (021) 31901233; Fax (021) 3903291. Atau silakan SMS ke nomor 08128109391. [nurbowo/islampos]


0 komentar:

Posting Komentar