islampos.com—Minggu
(20/5) sekitar pukul tujuh petang, asrama dinas guru SDN 07 Madobag dan
SMPN 02 Siberut Selatan, Kec Siberut Selatan, Kab Kepulauan Mentawai,
Sumatera Barat, terbakar. Akibatnya, asrama yang terdiri empat kamar dan
dihuni beberapa guru serta murid mereka, hangus dilahap api. Sekolah
pun diliburkan selama tiga hari.
Menurut laporan warga, api diduga berasal dari rumah kepala sekolah
SMPN 02 yang membuka kedai. Kabarnya, salah seorang anggota keluarga
penghuni rumah itu, sedang mencari sesuatu dengan menenteng penerangan
lampu tempel berbahan bakar minyak. Tiba-tiba, api lampu menyambar
bensin dalam beberapa jirigen yang sedianya dijual. Si jago merahpun
mengamuk. Asrama guru di sebelah kiri dan rumah guru di sebelah
kanannya, turut terbakar.
Musibah tidak menimbulkan korban manusia. Saat kebakaran melanda,
sebagian besar guru sedang berlibur di Desa Muara Siberut. Mereka adalah
Wiwi, Mai, Fery dan istrinya Winda, serta Andi. Tiga guru yang tinggal,
yaitu Sidik, Doris, dan Pesta, menyelamatkan diri dengan membawa keluar
barang-barang terpenting milik mereka. Namun, banyak barang lain milik
para guru yang tak terselamatkan. Bahkan semua isi kamar Mai ludes tak
tersisa.
Sampai berita ini diturunkan, kasus ini masih dalam penyelidikan aparat kepolisian dan kantor dinas pendidikan setempat.
Kedua sekolah tadinya memiliki gedung sendiri-sendiri. Namun sejak
September 2009, siswa SMPN 02 Siberut Selatan (sebelumnya SMPN 3 Satu
Atap Madobag) yang berada di Desa Madobag, masih menumpang di SDN 07
Desa Madobag. Sebab, tiga lokal SMPN 02 belum juga diperbaiki setelah
rusak akibat gempa tektonik akhir September 2009.
Rumah dinas para guru kedua sekolah yang terbakar itu, sebenarnya
sudah tidak layak huni. Bangunan dari kayu yang dihuni ramai-ramai
tersebut sudah reot. Lantainya tanah, dan di dalamnya tidak dilengkapi
dengan kakus. Sudah begitu, air bersih pun susah didapatkan. Listrik
juga belum tersedia.
Padahal, guru-guru itu sebagian besar perempuan dan beragama Islam,
yang tentu membutuhkan sarana privasi terutama kamar mandi dan kakus
beserta airnya.
‘’Kami prihatin dengan musibah ini, karena para guru selama ini
sangat membantu dalam syiar agama Islam di sini,’’ ucap Da’i Dewan
Da’wah di Madobag, Ustadz Mahmud bin Ismail.
Da’i asal Kalimantan yang sudah bertugas selama satu tahun itu
menambahkan, para guru setiap pekan menyisihkan sebagian gajinya untuk
infak dakwah. Di antaranya untuk membeli solar guna menghidupkan genset
masjid. Mereka juga selalu memakmurkan acara-acara masjid. Sebagian dari
mereka turut membantu mengajar ngaji anak-anak dan jamaah ibu.
Untuk
sementara, para guru ditampung di asrama pelajar persis di sebelah
puing bekas asrama guru. Kondisinya tak lebih baik dari asrama guru. Apa
boleh buat.
Sedangkan Wiwi dan Mai, ditampung sementara di Pondok Da’i yang
ditempati Ustadz Mahmud dan istrinya, Liza Zahara. Liza Guru Bahasa
Inggris SMPN 02 Siberut Selatan.
Pondok da’i berukuran 8 x 6 meter persegi yang terletak di sebelah
Masjid Al Ikhwah, Madobag, itu merupakan hasil kerjasama LAZIS Dewan
Da’wah dengan Global Peace Mission Malaysia dan Yayasan Semesta Masjid
Tun Abdul Aziz Petaling Jaya, Selangor, Malaysia.
Mahmud berharap, kaum muslimin mengulurkan bantuannya. ‘’Dalam
jangka pendek, kami memerlukan dukungan logistik berupa sembako dan
bensin serta solar untuk menghidupkan genset. Ini demi kelangsungan
kerja dakwah dan pendidikan para guru,’’ kata Sarjana Komuniaksi Islam
alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah M Natsir, Jakarta, itu.
Dalam jangka menengah, Mahmud berharap para dermawan mengulurkan
bantuan untuk pengadaan sumur air bersih dan listrik sederhana bertenaga
aki.
Untuk mendukung program dakwah dan pendidikan di Madobag, Mentawai,
silakan mampir ke Gedung Menara Da’wah Jl Kramat Raya 45 Jakarta, Telp
(021) 31901233; Fax (021) 3903291. Atau silakan SMS ke nomor
08128109391. [nurbowo/islampos]
0 komentar:
Posting Komentar