/*releated post
/*end related

Jumat, 03 Agustus 2012

Tokoh-tokoh Yahudi Yang Merusak Pemikiran (1)


islampos.com—SUATU ketika dalam diskusi di kantor Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), DR. Adian Husaini salah seorang cendekiawan muslim Indonesia menceritakan lawatannya selama 22 hari di Inggris. Ia menjelaskan bagaimana geliat perkembangan liberalisme dan keilmuan di Negeri Lady Diana tersebut. Namun yang menarik adalah ketika beliau sampai pada pengalaman bercengkarama dengan warga Yahudi dan Sinagog-sinagog yang ada disana.

DR. Adian menceritakan bagaimana orang Yahudi begitu serius mengkaji pemikiran. Mereka rela menetap puluhan jam di perpustakaan hanya untuk belajar ilmu pengetahuan. Mereka makan di perpus, minum di perpus, dan mandi pun juga disana. Begitu kenang DR. Adian.

Jika kita meneliti lebih jauh, sebenarnya kecintaan Yahudi terhadap ilmu menjadi wajar untuk mereka lakukan. Fakta bahwa Yahudi adalah bangsa minoritas -dan memiliki sejarah tertindas- membuat mereka tidak berbuat banyak selain mempertahankan diri mereka. Mulai dari memperbanyak keturunan, bergerak dalam bidang ekonomi, sampai pada satu tahapan melemahkan pemikiran kelompok-kelompok di sekitar mereka. Namun cara itu tidak akan dapat dilakukan tanpa proses internalisasi ajaran Yahudi betul-betul menyatu terhadap generasi mereka.

Proses internalisasi itu setidaknya dimulai dari bagaimana mereka mempelajari kitab-kitab Yahudi seperti taurat, talmud, mishnah, siddur, dan lain sebagainya. Tiap hari-khususnya hari sabtu- mereka disibukkan dengan mendaras teks-teks Yahudi. Pendidikan ini biasanya dipimpin oleh seorang rabbi yang sudah menguasai teologi Yahudi secara baik.

Satu hal penting untuk dikuasai Yahudi adalah bahasa. Rahel Halabe, seorang praktisi pendidikan Bahasa Ibrani yang terkenal di kalangan Yahudi pernah menulis sebuah buku pengantar bahasa Ibrani berjudul “The Introduction to Biblical Hebrew the Practical Way“. Menariknya, mayor pendidikan Halabe justru Sastra dan Bahasa Arab di Hebrew University, Israel.

Dalam tulisannya, Halabe menjelaskan betapa pentingnya penguasaan bahasa Ibrani bagi seorang anak Yahudi. Halabe beralasan, bahasa Ibrani bagi seorang anak Yahudi, tidak saja semata-mata menjadi tuntutan teologis tapi bahasa Ibrani adalah representasi kultur atau budaya yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas seorang Yahudi. Halabe kemudian mendelegasikan tulisan Ibrani modern dalam metode pendidikannya. Hal ini tidak saja untuk memudahkan jalan mereka menguasai percakapan bahasa Ibrani dan literatur modern Ibrani, tetapi juga untuk mendukung studi mereka tentang teks-teks teologi klasik Yahudi seperti Siddur dan Mishnah.

“Introducing young students to modern Hebrew literature will not only ease their way into Hebrew conversation and modern Hebrew literature, but will support their study of the classical texts: Bible, Siddur, Mishnah and more. In fact, studying classical Hebrew will, in its turn, support the learning of modern Hebrew, which draws so much from its layered linguistic traditions,” jelasnya.

Akhirnya ketika semua proses itu telah usai, pada gilirannya, Yahudi pun akan memetik hasilnya. Hasil itu adalah berupa generasi dewasa Yahudi yang terpelajar sekaligus menghargai warisan dan budaya mereka. Ya, bukan budaya yang lainnya.

“In fact, studying classical Hebrew will, in its turn, support the learning of modern Hebrew, which draws so much from its layered linguistic traditions. A rich program offering both past and present will help produce educated adult Jews who are well-read and appreciative of their heritage and culture.”

Dan ketika orang-orang Yahudi betul-betul menguasai konsep ajaran agamanya, barulah mereka akan lebih serius “menjajah” ajaran agama lain. Hal ini betul-betul terjadi tak lama setelah Yahudi berhasil melakukan invasi ke Palestina yang kemudian memunculkan Israel sebagai negara mereka.

Salah satu contoh kasus untuk mewakili kajian ini adalah dengan berdirinya Arabic and Islamic Studies di Hebrew University of Jerusalem atau bisa disingkat sebagai jurusan Studi Islam adan Arab. Dalam bukunya Belajar Islam Dari Yahudi, Herry Nurdi mengatakan bahwa Kajian Islam di Hebrew University sendiri digagas bersamaan dengan keberhasilan zionisme merampas tanah Palestina. Mereka menilai cara menguasai Palestina sebagai representasi islam dengan mengenali agama orang Palestina itu sendiri, yakni Islam.

Bisa dikata, Kajian tentang Islam dan Arab sendiri adalah salah satu kajian tertua di Hebrew University of Jerusalem yang mulanya bernama the School of oriental studies. Namun meski didirikan hanya oleh lima orang Yahudi, jurusan ini kemudian berkembang menjadi jurusan favorit di kampus tersebut. Dan kini tercatat sudah memiliki 32 Profesor dalam bidang Sastra Arab beserta Sejarah Peradaban Islam.

Dan dari Universitas tua di Israel inilah lahir para cendekiawan-cendekiawan Yahudi yang mempromosikan ajaran liberalisme dan bertindak sebagai orientalisme yang sejalan dengan misi kolonialisme, yakni menjajah Islam. [Pizaro]

BERSAMBUNG

Sumber: islampos.com

0 komentar:

Posting Komentar