/*releated post
/*end related

Senin, 06 Agustus 2012

Tokoh-tokoh Yahudi Yang Merusak Pemikiran (4)


islampos.com—AHAD, (29/7/2012), saya bertemu dengan salah seorang kandidat Doktor Filsafat di Belgorad State University. Beliau menjelaskan pengalaman-pengalaman uniknnya selama tinggal di Rusia. Khususnya pandangannya terhadap seks bebas di Negeri Beruang Merah tersebut.

Pria 40 tahunan itu mengatakan pada saya bahwa Rusia untuk urusan seks tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Karena sepanjang hubungan itu dilakukan suka sama suka, maka tidak akan menuai masalah. Problem baru terjadi ketika cinta dilakukan dengan adanya unsur pemaksaan. “Seperti pemerkosaan,” katanya.

Makanya tidak heran meski ada lembaga pernikahan, tapi gelombang perzinahan betul-betul massif di Rusia. Rusia bukan negeri tanpa agama, tapi mereka bukanlah negara yang menjadikan agama sebagai sumber undang-undang. Kristen sendiri di Rusia bisa jadi mati layaknya di negara Eropa pada umumnya.

Mendengar pernyataan dari Kandidat Doktor Filsafat di Rusia itu, kita tentu ingat nama seorang Tokoh Yahudi bernama Lawrence Kohlberg (1927-1987). Bagi anda yang aktif dalam bidang pendidikan maupun psikologi tentu tidak asing mendengar nama professor di Amerika Serikat tersebut. Ia adalah tokoh kunci di balik maraknya program pendidikan Karaktker.

Perspektif Karakter dalam terminologi Kohlberg memang sangat bermasalah. Bagi pendidikan karakter, anak yang melakukan hubungan seks tidak tergolong dosa sepanjang itu dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Artinya, jika seorang perempuan hamil karena hubungan haram tersebut, maka sang pacar siap untuk menjadi ayahnya. Jadi Kohlberg mau mengatakan bahwa yang jadi masalah bukan hubungan zina-nya, tapi bentuk tanggung jawabnya. Dalam pemahaman Islam, tentu ini bermasalah.

Islam mengajarkan siapapun yang melakukan perzinahan tanpa didahului hubungan pernikahan, maka dia tergolong dosa besar. Terlepas ia mau bertanggungjawab atau tidak. Pelaku perbuatan zina yang belum memenuhi kriteria al-muhshân (belum menikah), maka hukumannya adalah dicambuk sebanyak seratus kali. Ini adalah kesepakatan para ulama berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah (cambuklah) tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera (cambuk)”. [An-Nûr/24:2].

Sedangkan pelaku perzinahan yang belum menikah akan dikenakan hukum rajam (dilempar dengan batu) sampai mati. Hukuman ini berdasarkan al-Qur`an, hadits mutawatir dan ijma’ kaum muslimin. Ayat yang menjelaskan tentang hukuman rajam dalam al-Qur`an meski telah dihapus lafadznya namun hukumnya masih tetap diberlakukan. Umar bin Khatthab Radhiyallahu ‘anh menjelaskan dalam khuthbahnya :

“Sesungguhnya Allah telah menurunkan al-Qur`an kepada NabiNya dan diantara yang diturunkan kepada beliau adalah ayat Rajam. Kami telah membaca, memahami dan mengetahui ayat itu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaksanakan hukuman rajam dan kamipun telah melaksanakannya setelah beliau. Aku khawatir apabila zaman telah berlalu lama, akan ada orang-orang yang mengatakan: “Kami tidak mendapatkan hukuman rajam dalam kitab Allah!” sehingga mereka sesat lantaran meninggalkan kewajiban yang Allah Azza wa Jalla telah turunkan. Sungguh (hukuman) rajam adalah benar dan ada dalam kitab Allah untuk orang yang berzina apabila telah pernah menikah (al-Muhshân), bila telah terbukti dengan pesaksian atau kehamilan atau pengakuan sendiri”.

Kohlberg sendiri memilki rekam jejak dalam nuansa zionis yang kuat. Ketika perang dunia kedua berakhir tahun 1945, Kohlberg melakukan perjalanan ke Eropa untuk menuntaskan misi pembentukan Negara Israel raya. Dia kemudian mengajukan diri untuk membantu menyelundupkan pengungsi Yahudi keluar dari Eropa dengan melalui blokade Inggris ke Palestina. Atas keberaniannya itu, Kohlberg sempat ditangkap dan ditahan di Siprus. Sebab pengiriman bangsa Yahudi ke Palestina termasuk kejahatan Internasional kala itu. Namun barisan militer Yahudi, Haganah, berhasil menyelamatkan Tokoh Pendidikan Karakter ini. Kohlberg pun berhasil bebas dan kembali ke Amerika pada tahun 1948.

Kohlberg sendiri menemukan ‘ilham’ dalam merancang pendidikan karakter dari Sistem Kibbutz di Israel. Sistem Kibbutz adalah sistem yang lebih mirip sistem dalam konsep komunisme. Mengenai hal ini, Karl Marx pernah berkata bahwa “ideologi dari para pendiri kibbutz sangat dipengaruhi oleh sosialisme dan zionisme. Dasar pendiriannya dipengaruhi oleh dua dasar ideologi ini: pengalaman pahit dengan antisemitisme yag terjadi di diaspora. Mereka juga dipengaruhi oleh sistem kemasyarakatan patriakhalis yang diwarisi dari Eropa Timur. Dari dasar inilah para pendiri kibbutz mempraktikkan di dalam pemukiman-pemukiman mereka. Mereka menganut sistem tidak ada kelas dalam masyarakatnya. Masing-masing dari anggotanya ‘memberikan apa bisa dia perbuat’ dan ‘akan mendapatkan akan apa yang dia perlukan” (Wikipedia)

Memang pada intinya sistem Kibbutz ini sangat kental mewarnai konsep pendidikan Karakter bahwa baik-buruk suatu nilai ditentukan dalam sebuah konsep yang disepakati manusia secara bersama-sama. Jadi Hukum Tuhan tidak berlaku. Persis seperti negara komunis.

Oleh karena itu, sangat wajar sekali jika Profesor Dadang Hawari, dalam dialog dengan saya beberapa waktu lalu, mengatakan betapa hancurnya Amerika Serikat sebagai sebuah negara. Karena perzinahan, homoseks, lesbianisme menjamur dimana-mana atas nama kebebasan melaksanakan Hak Asasi Manusia. Ya hak asasi untuk bebas dari aturan Tuhan. (Pizaro/Bersambung)

Sumber: islampos.com

0 komentar:

Posting Komentar